Siapa Sih yang Punya dan Kuasai Neobank di Indonesia?
Hai Kawan, apa kabar? Pasti banyak dari kita yang udah gak asing lagi sama istilah neobank. Iya kan? Nah di artikel kali ini, gue mau bahas lebih dalam tentang siapa aja sih yang punya dan kuasai neobank-neobank di Indonesia.
Gimana, tertarik buat simak bareng-bareng? Yuk, langsung aja kita mulai!
Neobank itu Apa Sih?
Pertama, buat yang masih awam, kita ulik dulu apa sih neobank itu.
Jadi neobank adalah jenis layanan perbankan yang berbasis 100% online. Nah, bedanya sama bank konvensional yang kita kenal selama ini adalah neobank gak punya cabang fisik sama sekali.
Semua layanannya cukup diakses lewat aplikasi di smartphone kita aja. Mulai dari buka rekening, transfer, tarik tunai, dan transaksi lainnya.
Kelebihan neobank dibanding bank konvensional antara lain prosesnya yang lebih cepat, tampilannya yang lebih keren dan modern, serta mengusung fitur-fitur yang inovatif.
Contoh fitur unik di neobank adalah adanya cashback, analisis pengeluaran, pembukaan rekening dalam hitungan menit, dan lain-lain. Pokoknya keren deh!
Nah, neobank sendiri mulai marak bermunculan di Indonesia sejak beberapa tahun belakangan ini.
Lantas, dari sekian banyak neobank di Indonesia, siapa aja sih yang punya dan mengendalikan mereka di belakang layar?
Yuk kita cari tahu bareng-bareng!
Neobank Pertama di Indonesia: Jenius Milik BTPN
Pertama, kita mulai dari neobank pelopor di Indonesia, yaitu Jenius.
Jenius resmi diluncurkan pada tahun 2016 silam oleh PT Bank BTPN Tbk (dahulu bernama Bank Tabungan Pensiunan Nasional).
Jadi ya, Jenius sejak awal memang dimiliki dan dikelola langsung oleh BTPN.
BTPN sendiri merupakan bank konvensional milik perusahaan jepang bernama Sumitomo Mitsui Banking Corporation. Jadi secara garis besar, Jenius dikuasai oleh perusahaan asal Jepang tersebut.
Meski termasuk lama, Jenius masih menjadi salah satu neobank papan atas dan paling banyak penggunanya di Indonesia hingga saat ini. Tak heran, karena mereka yang pertama mengusung konsep neobank di Indonesia.
Neobank Lainnya: Jago, Digibank, BNC, dan Lebih Banyak Lagi
Setelah Jenius, muncullah nama-nama neobank baru lainnya di Indonesia. Beberapa yang cukup populer antara lain:
- Jago
- Digibank
- Bank Jago
- Bank Neo Commerce (BNC)
Dan masih banyak lagi yang lain!
Nah, kira-kira siapa nih yang punya dan menguasai neobank-neobank baru ini di Indonesia?
Yuk kita cari tahu satu per satu!
Jago Diakusisi Perusahaan Jepang Rakuten
Jago resmi diluncurkan pada 2017 oleh perusahaan rintisan PT Dompet Anak Bangsa. Awalnya Jago fokus sebagai dompet digital.
Kemudian pada 2019, Jago mendapatkan izin resmi dari OJK untuk beroperasi sebagai neobank.
Lalu di tahun yang sama, Jago diakuisisi oleh perusahaan jepang bernama Rakuten. Rakuten mengambil alih mayoritas kepemilikan saham Jago melalui anak perusahaannya, PT Rakuten Indonesia.
Jadi saat ini pemilik mayoritas Jago adalah Rakuten lewat PT Rakuten Indonesia. Rakuten sendiri merupakan perusahaan jepang raksasa di bidang jasa internet dan fintech.
Digibank Dikuasai DBS Bank Singapura
Nah kalo Digibank, neobank ini sepenuhnya dimiliki oleh DBS Bank asal Singapura.
DBS sendiri adalah salah satu bank terbesar di Asia Tenggara. Mereka mengakuisisi Digibank pada 2016 silam.
Jadi ya, Digibank 100% dikuasai perusahaan asing yaitu DBS Bank asal Singapura tersebut.
Kepemilikan Bank Neo Commerce (BNC)
Selanjutnya ada Bank Neo Commerce atau BNC. Awalnya bank ini dikenal dengan nama Bank Yudha Bhakti.
Pada mulanya, BNC dikuasai oleh perusahaan rintisan PT Gozco dan sejumlah koperasi di lingkungan TNI.
Kemudian pada 2021, BNC diakuisisi oleh PT Akulaku Silvrr Indonesia. Saat ini BNC dikendalikan oleh PT Akulaku Silvrr bersama Gozco.
Sayangnya tidak banyak informasi mengenai siapa pemilik dari PT Akulaku Silvrr Indonesia ini. Jadi kepemilikan BNC saat ini masih kurang transparan.
Investree Punya Izin Neobank
Selain beberapa nama di atas, ada juga fintech peer-to-peer lending bernama Investree yang baru-baru ini mendapatkan izin resmi dari OJK untuk beroperasi sebagai neobank.
Investree sendiri didirikan pada 2015 oleh perusahaan rintisan PT Investree Radhika Jaya.
Investree menyasar segmen UMKM untuk pengajuan pinjaman modal usaha. Selain itu, Investree juga memungkinkan investor ritel untuk berinvestasi dengan skema peer-to-peer lending.
Dengan mendapatkan izin neobank, Investree kini bisa menawarkan layanan perbankan lebih lengkap, seperti menyimpan dana, transfer, dan layanan perbankan digital lainnya.
Tantangan dan Peluang Neobank di Indonesia
Sejauh ini, perkembangan neobank di Indonesia cukup pesat. Hal ini sejalan dengan tren digitalisasi perbankan yang makin marak.
Namun di sisi lain, tantangan dan peluang neobank di Indonesia juga cukup besar.
Beberapa tantangan yang dihadapi neobank antara lain edukasi masyarakat terkait layanan perbankan digital, infrastruktur TI, serta regulasi yang belum sepenuhnya mendukung.
Adapun peluang neobank ke depannya cukup cerah mengingat populasi Indonesia yang besar dan tingkat literasi digital yang terus meningkat.
Apalagi, pandemi Covid-19 makin mendorong masyarakat beralih ke layanan digital, termasuk neobank.
Kesimpulan
Yak, itu dia ulasan singkat seputar siapa saja yang memiliki dan mengendalikan neobank-neobank di Indonesia saat ini.
Secara garis besar, kebanyakan neobank besar di Indonesia saat ini masih dikuasai perusahaan asing atau grup konglomerat tertentu.
Masih sedikit neobank lokal murni yang benar-benar independen.
Selain itu, transparansi terkait kepemilikan beberapa neobank seperti BNC juga masih perlu ditingkatkan agar lebih akuntabel.
Namun ke depannya, kita berharap makin banyak pemain lokal yang bisa turut meramaikan dan mengembangkan ekosistem neobank di Indonesia agar semakin inklusif.
Yuk teman-teman dukung terus perkembangan positif neobank dan fintech lokal Indonesia!
Sekian artikel dari saya, semoga bermanfaat dan menambah wawasan ya. Ditunggu artikel-artikel seru lainnya. Sampai jumpa!
Comments