Artikel Pendidikan

Perbedaan Penting antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru dalam Alkitab

Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru adalah dua bagian utama dalam Alkitab Kristen yang memiliki banyak perbedaan mendasar. Meski keduanya sama-sama penting, ada banyak hal yang membedakan kedua bagian ini, mulai dari waktu penulisan, bahasa yang digunakan, jumlah kitab, fokus utama, hingga sistem persembahan yang dianut.

Dalam artikel ini, kita akan membahas lebih detail mengenai perbedaan-perbedaan penting antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru agar kita bisa memahami keduanya dengan lebih baik.

Perbedaan Waktu Penulisan antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru

Perbedaan pertama antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru terletak pada rentang waktu penulisannya.

Perjanjian Lama ditulis dalam kurun waktu yang panjang, diperkirakan antara tahun 1400 SM hingga 400 SM. Kitab-kitab dalam Perjanjian Lama konon ditulis oleh banyak penulis yang terinspirasi oleh Allah.

Sementara itu, Perjanjian Baru ditulis dalam rentang waktu yang jauh lebih singkat, yaitu sekitar 45-95 Masehi, tidak lama setelah kematian dan kebangkitan Yesus Kristus. Kitab-kitab Perjanjian Baru ditulis oleh para rasul dan pengikut Yesus.

Jadi Perjanjian Lama ditulis ribuan tahun sebelum Perjanjian Baru. Karena rentang waktu yang sangat jauh ini, wajar saja kalau keduanya memiliki banyak perbedaan.

Perjanjian Lama Mayoritas ditulis dalam Bahasa Ibrani, Perjanjian Baru dalam Bahasa Yunani

Perbedaan kedua antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru adalah bahasa yang digunakan.

Sebagian besar kitab Perjanjian Lama ditulis dalam bahasa Ibrani. Hal ini wajar karena penulisnya adalah bangsa Israel sendiri.

Namun ada beberapa bagian Perjanjian Lama yang ditulis dalam bahasa Aram, seperti sebagian kitab Daniel dan Ezra.

Lain halnya dengan Perjanjian Baru yang mayoritas ditulis dalam bahasa Yunani. Ini dikarenakan bahasa Yunani sudah menjadi bahasa internasional pada zaman itu. Dengan menggunakan bahasa Yunani, penulis Perjanjian Baru dapat menjangkau pembaca yang lebih luas.

Meski menggunakan bahasa yang berbeda, baik Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru sama-sama diilhami oleh Allah, sehingga pesan yang terkandung di dalamnya tetap sama, yaitu kasih Allah bagi umat manusia.

Perjanjian Lama terdiri dari 39 Kitab, Perjanjian Baru 27 Kitab

Perbedaan ketiga antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru adalah jumlah kitab di dalamnya.

Perjanjian Lama terdiri dari 39 kitab (menurut versi Protestan). Angka ini berbeda-beda menurut denominasi Kristen tertentu. Misalnya versi Katolik Roma berjumlah 46 kitab dan versi Ortodoks Timur berjumlah 51 kitab.

Sementara itu, Perjanjian Baru hanya terdiri dari 27 kitab saja, yang diyakini ditulis oleh para rasul dan pengikut Yesus.

Jadi total keseluruhan kitab dalam Alkitab Kristen adalah 66 kitab. Meski jumlahnya berbeda, semua kitab ini dipercaya sebagai Firman Tuhan yang diilhamkan-Nya.

Fokus Perjanjian Lama adalah Bangsa Israel, Perjanjian Baru untuk Semua Orang

Perbedaan berikutnya terletak pada fokus masing-masing Perjanjian.

Perjanjian Lama lebih berfokus pada bangsa Israel, yaitu keturunan Abraham. Kitab-kitabnya menceritakan sejarah bangsa Israel, hukum yang diberikan Allah untuk mereka, serta nubuat tentang masa depan bangsa ini.

Sementara Perjanjian Baru memiliki fokus yang lebih luas, yaitu untuk semua bangsa di dunia. Kitab-kitab Perjanjian Baru berisi kisah hidup Yesus Kristus dan ajaran-ajaran-Nya yang ditujukan untuk semua orang, baik orang Yahudi maupun bukan.

Jadi dapat dikatakan fokus Perjanjian Lama lebih eksklusif untuk bangsa Israel, sementara Perjanjian Baru sangat inklusif mencakup semua suku bangsa.

Sistem Persembahan Berbeda antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru

Perbedaan terakhir yang akan kita bahas adalah sistem persembahan dalam ibadah kepada Allah.

Dalam Perjanjian Lama, Allah menetapkan sistem persembahan yang harus dipenuhi oleh bangsa Israel. Mereka harus mempersembahkan hewan seperti domba, sapi, atau burung merpati di Kemah Suci atau Bait Allah sebagai korban untuk menebus dosa.

Persembahan ini hanya dapat dilakukan melalui imam-imam dari suku Lewi. Jadi setiap kali berdosa, orang Israel harus datang ke Kemah Suci membawa hewan korban untuk disembelih oleh imam. Darah korban itu yang menghapus dosa mereka.

Sistem persembahan dalam Perjanjian Baru sangat berbeda. Orang-orang percaya tidak perlu lagi mempersembahkan hewan atau hasil bumi sebagai korban penghapus dosa.

Yesus Kristus datang sebagai Anak Domba Allah yang sempurna untuk menjadi korban pengganti bagi dosa manusia. Yesus menumpahkan darah-Nya di kayu salib untuk menebus dosa umat manusia.

Jadi sekarang setiap orang yang percaya kepada Yesus dan menerima pengorbanan-Nya di kayu salib, dosa-dosanya diampuni. Tidak perlu lagi persembahan hewan atau hasil bumi.

Itulah perbedaan sistem persembahan dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Kalau dulu harus mempersembahkan korban hewan, kini kita hanya perlu percaya pada korban Yesus di kayu salib untuk pengampunan dosa.

Kesimpulan: Inti Alkitab adalah Kasih Allah dalam Kristus

Itulah beberapa perbedaan utama antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru yang perlu kita pahami. Meski memiliki banyak perbedaan, pada intinya kedua Perjanjian ini sama-sama menyatakan kasih Allah kepada umat manusia.

Perjanjian Lama berisi nubuat-nubuat tentang kedatangan Mesias yang kemudian digenapi dalam Perjanjian Baru. Jadi keduanya saling melengkapi dan menyatakan kasih Allah yang dinyatakan paling sempurna melalui Yesus Kristus.

Dengan memahami perbedaan kedua Perjanjian ini, kita bisa menghargai Alkitab secara keseluruhan. Semua kitab di dalamnya adalah Firman Allah yang memberkati kita dengan kebenaran dan hikmat ilahi.

Demikian artikel singkat mengenai perbedaan Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Semoga artikel ini menambah pemahaman kita akan dua bagian utama dalam Alkitab ini. Selamat mempelajari firman Tuhan!

Comments